HUT RI ke 76, Isu Global Kekinian : Tantangan dan Ujian Spirit Persatuan dan Kesatuan Bangsa
02 Sep 2021, 13:02 WIB
EDUKASIBORNEO, BENGKAYANG - Genap sudah 76 tahun Indonesia merdeka. Umur kemerdekaan 76 tahun menandakan bahwa bangsa kita bukanlah bangsa yang muda lagi.
Ibaratnya seperti seorang anak manusia yang sudah berumur 76 tahun artinya manusia memasuki fase lanjut usia yang harusnya sudah matang dalam berpikir dan bertindak.
Namun untuk sebuah negara sebesar
Indonesia, bukan perkara tua atau muda.
Kita dapat menyaksikan masih banyak
hal atau aspek yang masih memerlukan pembenahan di berbagai lini kehidupan.
Salah satu hal yang menjadi konsen
atau fokus perhatian kita bersama sekarang adalah spirit persatuan (unity) dan
kesatuan yang semakin menurun dari tahun ke tahun, terutama pada generasi muda
yang notabene adalah aset bangsa yang sangat penting.
Hal itu ditandainya dengan
banyaknya para pemuda dan para pemimpin yang tidak bisa menguasai atau mengetahui
hal-hal fundamental berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sebagai contoh, masih banyak pemuda
bahkan pemimpin tidak bisa bahkan salah menyebut
sila-sila Pancasila, tidak bisa menyebutkan nama-nama suku yang ada di
Indonesia dan masih banyak contoh lainnya.
Persatuan dan kesatuan merupakan senjata yang paling ampuh dalam rangka mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia serta sebagai bagian penting dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baca Juga : Pemanfaatan Aplikasi KineMaster Sebagai Media Pembelajaran Berbasis TIK
Syarbaini 2010 lalu menyatakan
bahwa, persatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Sedangkan Kesatuan adalah
ke–Esaan, sifat tunggal atau keseutuhan.
Sedangkan, WJS.Poerwadarminta 2003
lalu mengatakan, kesatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu.
Konsep pesatuan dan kesatuan tergambar di dalam semboyan negara kita yaitu Bhineka
Tunggal Ika.
Artinya, walaupun di Indonesia terdapat banyak
suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan
yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan,
mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.
Jadi rakyat Indonesia pada dasarnya
harus mempunyai konsep persatuan dan kesatuan di dirinya masing-masing, karena
dengan konsep persatuan dan kesatuan inilah rakyat Indonesia bisa menjalankan
kehidupannya dengan sejahtera dan makmur sebagaimana yang diperjuangkan oleh
para founding fathers bangsa ini.
Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, persatuan dan kesatuan adalah unsur yang sangat penting dan mutlak dalam
bernegara demi keberlangsungan sebuah bangsa.
Terutama bagi bangsa dan negara
Indonesia yang sangat majemuk dari segi suku, agama, ras dan sosial budaya.
Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan perlu di rawat, dibina dan dipupuk
dengan baik.
Keberagamakan atau kemajemukan
bangsa Indonesia merupakan sebuah
keunikan tersendiri sekaligus sebuah keunggulan atau potensi yang sangat
besar yang apabila dirawat dan dikelola dengan baik akan menjadi aset dan
mendatangkan kekuatan bangsa yang sangat besar.
Namun sebaliknya, keberagaman dan kemajemukan bangsa Indonesia juga berpotensi menjadi sumber konflik dan pemecah belah bangsa jika tidak dikelola dengan baik seperti yang terjadi di negara-negara di kawasan timur tengah dan Asia Selatan.
Baca Juga : Karakter Prima Seorang Guru
Mari kita lihat dan belajar dari peristiwa
yang terjadi di Timur tengah dan yang paling terbaru dan fenomenal adalah Jatuhnya
Afganistan di tangan Taliban baru-baru ini, dimana Taliban bisa menguasai
Afganistan secepat kilat.
Peristiwa jatuhnya Afganistan ke
tangan Taliban sangat mengejutkan dunia dan di luar prediksi.
Banyak pihak yang memperkirakan
Taliban bisa menguasai Afganistan dalam beberapa bulan ke depan setelah Amerika
Serikat dan sekutunya menarik pasukannya dari Afganistan tepatnya 20 tahun
sejak Amerika Serikat dan sekutunya menginvasi Afganistan pada 2001 lalu.
Terlepas dari komitmen Taliban yang
ingin mengembalikan Afganistan sebagai negara yang moderat dan terbuka terhadap
dunia luar.
Ada satu pertanyaan yang sangat mendasar
di kepala kita yaitu, mengapa kehidupan bernegara di Afganistan sebegitu rapuh
dan mengapa begitu mudahnya Taliban menguasai Afganistan?
Dari berbagai literatur atau
sumber, diketahui bahwa kehidupan
bernegara di Afganistan sebegitu rapuh disebabkan para pemimpin Afganistan itu
sendiri.
Pertama, para pemimpin Afganistan terkenal sangat korup. Hal itu
membuat sebagian besar rakyat Afganistan sudah muak dengan para pemimpin
mereka.
Kedua, persatuan dan kesatuan para pemimpin Afganistan kualitasnya sangat
rendah.
Ditandai dengan para pemimpin
Afganistan yang dengan mudahnya melepaskan tanggung jawab untuk melindungi
negara saat Taliban merangsek memasuki kota Kabul.
Alih-alih melindungi rakyat dan
negaranya, para pemimpin negara malah ramai-ramai melarikan diri, seperti yang
dilakukan oleh Presiden Ashraf Ghani yang memilih melarikan diri dengan empat
mobil dan satu helikopter berisi penuh uang.
Kemudian ditambah lagi pemimpin
lainnya yang juga melarikan diri atau bersembunyi tanpa bisa dihubungi.
Keadaan itulah yang menyebabkan
kekacauan atau chaos parah di pusat
ibu kota negara tersebut termasuk di Bandara Kabul.
Dimana terlihat Ketakutan dan
kepanikan yang luar biasa sampai-sampai ada warga yang mengambil langkah fatal
dengan menumpang di pesawat pengangkut militer AS dengan bertengker di sayap
pesawat untuk melarikan diri, yang pada akhirnya berujung tragis.
Kepanikan dan ketakutan mungkin
sangat rasional karena beberapa kekejaman yang dilakukan oleh Taliban kepada
penduduk begitu membekas di memori mereka.
Ketiadaan rasa tanggung jawab dari
para pemimpin Afganistan yang melarikan diri, menandakan bahwa spirit persatuan
dan kesatuan di antara pemimpin Afganistan untuk melindungi negara dan
rakyatnya begitu sangat rendah.
Ketiga, adanya ketergantungan yang begitu tinggi terhadap bantuan asing,
terutama dari AS dan sekutunya, khususnya di bidang militer dan ekonomi.
Sehingga menimbulkan kerapuhan yang
sangat amat parah di dalam berbagai sendi-sendi kehidupan terutama yang paling
terlihat adalah bidang militer dan keamanan.
Ketergantungan yang berlebihan pada negara lain pada hakekatnya merupakan sebuah bencana tersendiri bagi sebuah negara.
Baca Juga : Semangat Literasi Melahirkan Kesadaran Learning
Selanjutnya, mengapa begitu mudahnya Taliban menguasai Afganistan.
Pertanyaan kedua ini sebenarnya memiliki
korelasi yang amat erat dengan pertanyaan pertama.
Pertama, Taliban dengan cerdik
memanfaatkan kondisi soliditas para pemimpin Afganistasn yang begitu buruk
serta memanfaatkan antipati rakyat Afganistan yang sudah muak dengan praktik
korup oleh para pemimpinnya untuk menarik simpati rakyat untuk mendukung
perjuangan mereka.
Kedua, langkah strategis yang
dilakukan para komandan dan petinggi Taliban untuk memuluskan perjuangan mereka
menguasai Afganistan yaitu dengan melakukan lobi-lobi atau komunikasi yang
intens dengan para tetua-tetua suku,
sehingga untuk melegalisasi dan melancarkan aksi atau misi mereka.
Sebagaimana diketahui bahwa peran
dan pengaruh tetua-tetua adat di Afganistan memiliki pengaruh yang sangat
besar. Hal itu yang dimainkan oleh Taliban secara cerdik dan maksimal.
Ketiga, pola diplomasi Taliban juga tergolong canggih dan hebat. Melalui
para pemimpin mereka melakukan lobi-lobi yang begitu menggesankan di tingkat
internasional.
Mereka melakukan pertemuan dengan
pejabat China, Rusia dan bahkan pernah beberapa kali melakukan pertemuan dengan
wakil presiden RI Jusuf Kalla.
Nah, peristiwa tergulingnya
Pemerintah Afganistan ke tangan Taliban tepat di momen bangsa Indonesia memperingati
Hari Ulang Tahun (HUT) RI yang ke 76 pada 2021 ini.
Kejadian itu menjadi momentum sekaligus
cambuk yang baik bagi kita untuk menguatkan serta meningkatkan kualitas dan
semangat persatuan dan kesatuan diantara anak bangsa.
Peristiwa yang terjadi di
Afganistan seharusnya menjadi guru dan pelajaran bagi para pemimpin kita untuk
selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan kelompoknya.
Para pemimpin kita harus menyadari
bahwa memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan negara harus dimulai dari
mereka sendiri, dimana mereka memberi contoh yang baik, dengan tidak beperilaku
korup, tidak menggunakan isu suku, agama, ras dan sosial budaya hanya untuk
kepentingan pragmatis semata yang justru dapat memecah belah bangsa seperti
yang terjadi di negara-negara Timur tengah dan Afganistan.
Selain itu, hal yang perlu menjadi
perhatian adalah menguragi ketergantungan yang begitu tinggi terhadap bantuan
asing dalam segala bidang yang pada ujung-ujungnya tidak menciptakan kemandirian
nasional.
Sikap akomodasi kepentingan di tengah kemajemukan atau keberagaman masyarakat Indonesia yan begitu pluralis, harus diperhatikan dengan baik oleh para pemimpin kita, agar pesatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap terjaga dengan baik.
Baca Juga : Budaya Hidup Bersih di Rumah, Lingkungan Kerja dan Masyarakat
Melalui peristiwa jatuhnya
Afganistan di tangan Taliban pada saat kita masih memperingati HUT RI yang ke
76, kita juga banyak memperoleh pelajaran yang sangat bernilai, yakni wawasan
kebangsaan kita harus ditingkatkan lagi.
Kita harus memiliki konsep yang
sama, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang
besar yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, yang memiliki
keanekaragaman suku, agama, ras dan sosial budaya. Keanekaragaman tersebut
harus kita pupuk, pelihara dan lestarikan dengan baik, mulai dari keluarga,
sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagai bangsa yang pluralis, kita
patut bersyukur negara kita memiliki perekat keberagaman dan kebangsaan yang
telah diperjuangkan oleh para founding
fathers kita.
Bhineka Tunggal Ika yang makna
terdalamnya walaupun berbeda-beda suku agama ras dan sosial budaya, namun tetap
satu kesatuan Indonesia.
Sebagai anak bangsa, kita harus
bahu membahu merawat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah tercipta sebagai
sebuah bentuk komitmen kita untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan yang
telah susah payah diraih oleh para pendiri negara.
Kita tidak boleh longgar, kita
tidak boleh lengah, kita tidak boleh memberikan ruang dan peluang terhadap
kelompok ataupun paham yang ingin memecah belah persatuan kesatuan bangsa kita.
Kita akan sedih dan menangis
melihat bangsa dan negara kita hancur dan terpecah belah akibat konflik sesama
anak bangsa, yang seharusnya bisa diselesaikan di bawah naungan bingkai Bhineka
Tunggal Ika.
Sebaliknya kita akan terharu dan
tersenyum bangga ketika melihat bangsa dan negara kita melesat menjadi negara
yang jaya.
Semoga.